Sedikit berbagi tips kesehatan buat anda pengunjung website ini.
Beragamnya penyakit infeksi
membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit
ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan
hanya memberikan penjelasan tentang penyakit dan perawatan sendiri di
rumah.
Tidak peduli apakah penyebabnya
virus atau bakteri, kebanyakan orang akan lebih tenang ketika dokter
meresepkan antibiotik. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
akan bukan hanya menghamburkan uang, namun juga akan berdampak buruk
pada kesehatan. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, kita
dituntut untuk pro aktif dan kritis dengan pengobatan yang diberikan
dokter, salah satunya adalah ketika dokter meresepkan antibiotik.
Mengenal Antibiotik
Banyak
orang yang menganggap antibiotik adalah obat sakti melawan penyakit.
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik adalah obat yang digunakan
dalam penanganan pasien yang terbukti atau diduga mengalami infeksi
bakteri dan terkadang juga digubnakan untuk mencegah infeksi bakteri
pada keadaan khusus. Pengunaan antibiotik tidak boleh sembarangan dan
hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, karena penggunaan yang tidak
sesuai indikasi justru akan menyebabkan resistensi (kebal) obat.
Seperti Apakah Penggunaan Antibiotik yang tidak tepat?
Pemakaian
antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan (petunjuk dokter)
menyebabkan tidak efektifnya obat tersebut sehingga kemampuan membunuh
kuman berkurang atau bahkan menimbulkan resistensi. Ketidaktepatan
penggunaan antibiotik terjadi dalam situasi klinis yang sangat
bervariasi, meliputi:
- Pemberian antibiotik pada keadaan tanpa adanya infeksi bakteri.
- Pemilihan antibiotik yang salah atau tidak sesuai diagnosisi.
- Dosis yang tidak tepat atau berlebihan.
- Lama penggunaan antibiotik yang tidak tepat (menghentikan pengobatan sebelum waktunya karena merasa sudah sembuh).
- Penggunan obat antibiotik suntik yang berlebihan pada penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat yang ditelan (oral).
- Pengobatan sendiri oleh pasien dengan cara mengkonsumsi antibiotik yang seharusnya diresepkan oleh dokter.
- Penggunaan antibiotik berlebih untuk profilaksis (pencegahan) pada pembedahan bersih, khususnya pemberian antibiotik yang berlangsung lebih lama dari waktu yang direkomendasikan (kurang dari 24 jam pasca operasi). Keadaan ini antara lain disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan dokter yang kurang, pengalaman masa lalu atau contoh dari kolega senior, harapan dan permintaan pasien, promosi industri farmasi, dan mudahnya pasien membeli antibiotik tanpa resep dokter.
Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat
Efek
samping yang sering terjadi pada penggunana antibiotik adalah gangguan
beberapa organ tubuh. Terlebih lagi bila diberikan kepada bayi dan
anak-anak, karena sistem tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak
masih belum tumbuh sempurna. Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi
adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati,
gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan sebagainya.
Akibat lainnya adalah reaksi
alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang ringan, seperti
ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir atau
kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa atau reaksi
anafilaksis.
Pemakaian antibiotik berlebihan
atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada
di dalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh
bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur yang
disebut “superinfection“. Pemberian antibiotik yang berlebihan
akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi
dan menjadi kuman yang resisten atau disebut “superbugs“.
Penggunaan antibiotik yang
irasional menyebabkan bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah
menggunakan kenis antibiotik ringan akan bermutasi menjadi kebal,
sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Bila bakteri ini
menyebar ke lingkungan sekitar, suatu saat akan tercipta kondisi dimana
tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus
menerus bermutasi ini.
Makin Dini, Makin Beresiko
Penggunaan
antibiotik pada anak memerlukan perhatian khusus. Mengapa demikian?
bayi dan anak beresiko paling sering mendapatkan antibiotik, karena
daya tahan tubuhnya yang lebih rentan sehingga lebih sering sakit.
padahal, seperti halnya obat pada umumnya, antibiotik memeliki efek
samping yang bisa muncul jika penggunaannya tidak tepat.
Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang terlalu dini pada anak (usia
kurang dari 1 tahun) terutama antibiotik yang berspektrum luas,
meningkatkan resiko terjadinya asma pada anak. Sehingga dianjurkan
untuk tidak memberi antibiotik terutama yang berspektrum luas kepada
anak usia kurang dari 1 tahun apabila tidak sangat diperlukan.
Kapan Kita Memerlukan Antibiotik?
Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotik adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), indikasi pemberian antibiotik adalah:
- Batuk dan pilek terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari) yang berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan disertai dengan cairan hidung mukopurulen (kuning atau hijau). Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan terjadi hanya pada malam hari dan pagi hari (bukan sepanjang hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi, sehingga tidak perlu antibiotik.
- Bila terjadi gejala infeksi sunusitis akut yang berat seperti panas > 39ºC dengan cairan hidung purulen (kental), nyeri, bengkak di sekitar mata dan wajah.
- Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan klutur (pembiakan bakteri) yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi
- Infeksi saluran kemih. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur urin. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri, berikut jenis dan sensivitasnya terhadap antibiotik.
- Penyakit tifus. Selain dari anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui penyakit tifus perlu dilakuakan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal.
Gunakan Antibiotik Secara Tepat
Berikut ini beberapa tips penggunaan antibiotik yang benar:
- Menggunakan antibiotik hanya berdasarkan resep dokter, yaitu dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
- Minum antibiotik sampai habis sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan menghentikan sebelum waktu yang dianjurkan hanya karena merasa sudah sembuh.
- Menanyakan pada dokter, obat mana yang mengandung antibiotik.
- Jangan menggunakan atau membeli antibiotik hanya berdasarkan copy resep sebelumnya (tanpa periksa lagi ke dokter). Karena salah menggunakan antibiotik menyebabkan obat menjadi tidak efektif lagi dan bahkan bisa menimbulkan resisten (kebal) obat.
- Pilek, batuk, dan diare umumnya tidak memerlukan antibiotik. Usahakan banyak minum, cukup makan makanan bergizi, dan istirahat. Jika demam lebih dari 3 hari, periksakan ke dokter.
Referensi:
- Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan “Gunakan Antibiotik Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Obat”. Tahun 2011
- Prof. Iwan Dwiprahasto, “Evidence Based Medicine Guide to Antibiotic User”. Buku Clinical Updates, Practicing Current Issues in Medicine. Tahun 2010. Penerbit Cendekia Press, Yogyakarta
- Simposium and Workshop “Pediatric Update”. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tanggal 26-27 Maret 2011
- James Chin, MD, MPH (editor) . Buku “Manual Pemberantasan Penyakit Menular” Edisi 17. Tahun 2000. Penerbit America Public Health Association.
- Sumarno S, Buku Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi 1, Tahun 2002, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, Jakarta
Referensi:
-Majalah Assunnah No. 07 Thn. XV Dzulhijjah 1432 H November 2011M. Baituna Edisi 07 Thn. Thn. XV Dzulhijjah 1432 H November 2011M hal. 13.14
-Majalah Assunnah No. 07 Thn. XV Dzulhijjah 1432 H November 2011M. Baituna Edisi 07 Thn. Thn. XV Dzulhijjah 1432 H November 2011M hal. 13.14
-akbarkurniawan.web.id/jangan-sembarangan-minum-antibiotik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar