Sponsor

Jumat, 11 Januari 2013

Peluang Bisnis Kain Lukis (Kisah Sukses)



Bangkrut menjalankan bisnis bukan akhir segalanya. Berawal dari kebangkrutan, Hary Susetyo kini justru sukses mengembangkan usaha lukis kain. Bekerja di perusahaan besar tidak selamanya menjanjikan kepuasan. Hary, yang sudah sembilan tahun menjadi pekerja di perusahaan perikanan di Bali, akhirnya memilih untuk memulai usaha sendiri. Pilihan pertama menjadi distributor pakan udang. Usaha itu dirintisnya di Bali, tempat dia dan keluarganya tinggal.

lukis_kain0911Namun, usaha awal itu hanya berumur 1,5 tahun. “Usahanya bangkrut dan kami kehabisan modal,” ujarnya, belum lama ini.

Bangkrut merintis usaha pertama ternyata tak disesali alumnus Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang ini. Dia juga pantang pulang ke rumah keluarganya di Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam kondisi bangkrut. Segala daya upaya dilakukan. “Upaya ini saya lakukan sebagai bentuk usaha untuk bertahan,” tuturnya.

Pada saat kondisi serba terbatas, bapak empat anak ini mulai mencoba mengembangkan usaha kecil-kecilan, termasuk membuka layanan jasa menjahit baju bersama istrinya, Indah Nur Qoriah. Dalam kondisi serba terbatas, secara kebetulan ada seorang konsumen yang akan menjahitkan baju.

Konsumen tersebut datang membawa lembaran kain yang dilukis. Melihat kain tersebut, Hary sangat tertarik. Berbekal hobi melukis, dia bersama istrinya mulai mencoba untuk melukis kain seperti milik konsumen tersebut. Hasil awalnya tidak maksimal. Banyak gambar yang akhirnya rusak lantaran catnya terserap kain. Namun, dia tetap mencoba. Berbagai uji coba dilakukan, termasuk mencari bahan cat yang tepat untuk melukis kain. Cat itu dicari mulai dari Denpasar, Surabaya, hingga ke Yogyakarta.

Setelah sekian waktu bereksperimen, dengan modal serba pas-pasan, akhirnya karya pertama jadi. “Konsumen saya yang menjahitkan baju tadi ternyata tertarik. Dia bilang ingin dibuatkan,” kenangnya. Begitu mendapatkan pesanan, Hary mulai mencoba untuk membuatnya lagi. Dia bahkan berani untuk menawarkan kerja sama ke sejumlah toko kain. Toko menyediakan kain, dia yang melukis. Karyanya sempat dibawa ke desainer di Jakarta.

Upaya ke Jakarta itu tidak sia-sia. Pesanan mulai datang meski jumlahnya masih terbatas. Melihat usahanya mulai diminati konsumen, Hary memutuskan untuk pindah ke tanah kelahirannya di Pakis, Kabupaten Malang. “Saya berpikir, dengan kembali ke Malang, usaha ini akan dapat besar,” katanya.

Dia pindah ke Malang pada 2002. Menempati rumah sederhana di Jalan Raya Asrikaton 36 A, Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Hary mencoba membesarkan usaha.

Awalnya hanya ada dua pekerja yang ikut dengannya. Begitu usaha ini berjalan sekitar satu tahun, pesanan mulai membanjir dan jumlah pekerja akhirnya ditambah hingga mencapai 12 orang. “Waktu itu usaha lukis kain masih jarang yang melakukan, sehingga banyak yang mencari. Konsumen bahkan datang dari seluruh wilayah di Indonesia," tuturnya.

Usaha kerasnya ini tidak sia-sia. Bila dibandingkan dengan saat dia bekerja di perusahaan swasta,usaha Mandiri ternyata lebih menjanjikan. Buktinya, baru membuka usaha sekitar satu tahun, dia mengaku sudah bisa membeli mobil untuk operasional usaha. Omzet usahanya terus merangkak naik. Dari jasa melukis kain, setiap bulan dia memiliki omzet tidak kurang dari Rp15 juta. Jiwa wirausahanya memang sangat tinggi. Sukses yang mulai dirasakannya tidak membuatnya jumawa. Dia terus membuat inovasi untuk mengembangkan usaha. Hary merambah usaha sepatu lukis, mukena lukis, dan rok lukis.

Mukena lukisnya bahkan sudah dipasarkan ke Malaysia. Kemudian lukisan kain juga sudah dikembangkan dengan model timbul. Jiwa petualang dan suka tantangan membuatnya terus mengembangkan usaha ini. Pada 2009 dia menjalin kerja sama dengan BNI Syariah. Dia mendapatkan bantuan modal usaha Rp150 juta. Berkat pinjaman modal itu, omzet usahanya naik signifikan. Dari sebelumnya hanya sekitar Rp15 juta per bulan berkembang menjadi Rp60 juta per bulan.

Berkat bantuan modal ini, dia mampu mengembangkan usaha dari yang awalnya hanya usaha jasa, kini menjadi produksi. Dia bahkan mulai mencoba melayani pesanan batik tulis kreatif. “Banyak manfaatnya, kerja sama dengan BNI Syariah tersebut lantaran pengembangan usaha menjadi semakin mudah. Istilahnya, bisa menjadi modal kami untuk berlari lebih cepat dalam mengembangkan usaha ini,” ucapnya. Pertumbuhan usaha ini tentu berdampak pada kebutuhan tenaga kerja.

Dari yang awalnya hanya 15 orang, kini sudah berkembang menjadi 50 orang. Semua pekerja berasal dari masyarakat sekitar. “Jadi pengusaha itu banyak bisa beramal. Salah satunya memberikan lapangan kerja,” katanya.

Saat ini dia sudah membuka dua lokasi usaha yakni di Jalan Raya Asrikaton 36 A, yang merupakan tempat untuk galeri serta proses finishing, dan di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, sebagai tempat produksi. Pemilik CV Indah Setya dan Cantiq Butiq ini juga mengembangkan produksi cat khusus untuk kain.

Dia akan memasarkan cat racikannya sendiri mulai bulan depan. Dia juga menyediakan pelatihan untuk membuat lukis kain, lengkap dengan peralatannya. Pelatihan juga dia berikan kepada para remaja yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gubuk, Kecamatan Jabung, Malang. Selain ilmu agama, para remaja itu juga diberikan keterampilan sebagai bekal untuk usaha Mandiri.

Sekarang Hary juga dipercaya oleh Dinas Koperasi Provinsi Jawa Timur untuk menjadi instruktur lukis kain dan batik kreatif. Bagi Hary, berbagi ilmu dengan banyak orang itu tidak akan merugikan. “Bahkan kalau semakin banyak yang membuka usaha, jadinya akan semakin ramai dan produknya banyak,” ungkapnya.

Sumber : http://ciputraentrepreneurship.com

1 komentar:

  1. Ada kontak nya ga? Saya bnnk ju mau kerjasama pembuatan sepatu kanvas

    BalasHapus